Antara fakta dan Keyakinan.
Agama menekankan bahwa mendengarkan khotbah adalah bagian dari ritual keagamaan yang harus diikuti. Jika anda tidak mengikutinya bukan hanya tidak pantas tapi "berdosa". Dan dikalangan orang beragama tidur pada waktu ibadah artinya 'ditidurdkan' oleh setan. Benarkah? Jika benar pasti setan hanya menidurkan orang orang disalah satu agama, misal pada saat orang mendengarkan khotbah solat Jumat saja atau menidurkan orang orang didalam gereja saja pada saat mereka mendengarkan khotbah Minggu. Tapi pada kenyataannya, hasil survey yang di gabung dari kedua tempat ibadah rata rata menghasilkan fakta yang sama. Kedua pemeluk agama memiliki orang orang yang mengantuk dan tertidur dalam prosentasi yang nyaris sama pada saat mendengarkan khotbah baik di mesjid maupun digereja. Dan cukup mengejutkan, hal ini terjadi juga di kampus pada saat dosen memberikan mata kuliah atau ditempat kerja pada saat briefing panjang.
MENGAPA MEREKA MENGANTUK DAN AKHIRNYA TERTIDUR?
Jika sudah mengantuk dan tidak mendapatkan gangguan atau dicegah jangan sampai tertidur, manusia dan hewan pada akhirnya jatuh kedalam opsi "tertidur". Itu terjadi di tempat tempat ibadah pada saat ritual keagamaan dimana anggota tubuh duduk ditempat rileks. Manusia cenderung tidak mau mendengarkan hal hal terus dikatakan berulang ulang seperti yang disampaikan dalam khutbah. Tempat ibadah dengan suasana yang sama, tenang, suara datar pengkhotbah akan menjadi support buat mengantuk dan tidur. Pak ustad atau pak Pandeta atau bahkan pak dosen pernah bilang: "coba kalau pergi nite club, sampai pagi juga gak bakalan mengantuk atau tertidur"
Ya pasti, suasananya beda. Tubuh bergerak, gangguan warna warni lampu, rangsangan psikologis andrenalin tidak akan memberi kesempatan tubuh mengingat kantuk! Namun pada pengalaman orang yang bekerja di nite klub tersebut, suasana pekerjaan menjadi hal yang rutin atau menjadi rutinitas. Beberapa pekerja mengaku merasa bosan dan mengantuk berada di nite club! Sekali lagi rutinitas, hal yang diulang ulang adalah salah satu faktor yang membuat audience mengantuk.
Namun dalam beberapa kasus, beberapa orang juru khotbah mampu menyampaikan khotbah menarik dan mempesona, mereka ini mampu "menawan" perhatian audience. Hukum publisitas nampaknya berlaku sama didunia bisnis.
Tidak bermaksud mengesampingkan keyakinan bahwa setan penyebab kantuk baik yang dimesjid dan yang digereja sama sama menjadi "korban" dari senjata setan yang bernama "kantuk" namun bagi pengkhotbah atau badan badan yang bertanggung jawab terhadap penyampaian materi khotbah tentu tidak akan mengkesampingkan "Ilmu dan teknik" khotbah agar bisa sampai ketelinga audiencenya masing dan bermanfaat!
Salam...
Batam Center, 29 May 2016